Waktu Belajar

SMPIT Attaufiq Depok menerapkan waktu belajar sistem full day school dari jam 06.45 s/d 16.00 WIB dengan istirahat dua kali, sholat dzuhur dan ashar berjama'ah.

Waktu Belajar

SMPIT Attaufiq Depok menerapkan waktu belajar sistem full day school dari jam 06.45 s/d 16.00 WIB dengan istirahat dua kali, sholat dzuhur dan ashar berjama'ah.

Waktu Belajar

SMPIT Attaufiq Depok menerapkan waktu belajar sistem full day school dari jam 06.45 s/d 16.00 WIB dengan istirahat dua kali, sholat dzuhur dan ashar berjama'ah.

Waktu Belajar

SMPIT Attaufiq Depok menerapkan waktu belajar sistem full day school dari jam 06.45 s/d 16.00 WIB dengan istirahat dua kali, sholat dzuhur dan ashar berjama'ah.

Waktu Belajar

SMPIT Attaufiq Depok menerapkan waktu belajar sistem full day school dari jam 06.45 s/d 16.00 WIB dengan istirahat dua kali, sholat dzuhur dan ashar berjama'ah.

30 April 2015

Hubungan Baik Ahlul Bait dengan Sahabat oleh Ust. Farid Nu'man Hasan, SS

Ahlul bait, sahabat nabi, ustadz farid nu'man hasan 
 Hubungan Baik Ahlul Bait dengan Sahabat oleh Ust. Farid Nu'man Hasan, SS

21 April 2015

Penjelasan Tentang Shalat Hajat dan Tata Caranya

Cara Shalat Hajat
Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu 'ala rasulillah wa ba'd:

Shalat Hajat adalah sunah sebagaimana penjelasan mayoritas ahli fiqih, di antaranya Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahih, dari Abu Darda, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Barang siapa yang berwudhu lalu dia sempurnakan wudhunya, kemudian dia shalat dua rakaat sampai sempuna, niscaya Allah akan mengabulkan apa yang diinginkannya baik segera atau diakhirkan. (Fiqhus Sunnah, 1/213)

Hadits yang disampaikan dan dishahihkan oleh Syaikh Sayyid Sabiq, didhaifkan oleh Syaikh Syu'aib Al Arnauth. (Ta'liq Musnad Ahmad No. 27497)

Syaikh Hisamuddin 'Afanah pernah ditanya tenang shalat hajat, berikut ini penjelasan Beliau:

Penanya: Saya membaca tentang shalat hajat pada sebagian buku-buku doa, saya harap penjelasan hukumnya dan cara pelaksanaannya?

Jawaban: Banyak ahli fiqih telah sepakat bahwa shalat hajat adalah mustahab (disukai/sunah), itu dilakukan ketika manusia menginginkan kebutuhan di antara hajat-hajat dunia yang dibenarkan syariat. Disunahkan baginya untuk berwudhu lalu shalat dua rakaat untuk Allah, dan berdoa kepada Allah, barang siapa yang melakukan itu karena keimanan terhadap qadar Allah, maka Allah mengabulkan untuknya apa yang diinginkannya. Telah ada hadits dari 'Utsman bin Hunaif Radhiallahu 'Anhu, bahwa datang seorang buta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata: Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar penglihatanku terbuka. Nabi menjawab: Ataukah aku mendoakanmu? Laki-laki itu berkata: Waai Rasulullah, saya mengalami kesulitan karena telah lenyap penglihatan saya. Nabi bersabda: Pergilah, lalu berwudhu, dan shalat dua rakaat, lalu bacalah: Ya Allah aku minta kepadamu ... (Fatawa Yas'alunaka, 3/32)

Jadi pelaksanaannya sebagaimana shalat sunah biasa, sebanyak dua rakaat menurut jumhur ulama, sedangkan menurut Hanafiyah empat rakaat, sedangkan Al Ghazali mengatakan 12 rakaat. (Al Mausu'ah, 27/211-212), lalu berdoa sesuai hajat (kebutuhan). Bacaannya pun biasa saja sebagaimana shalat sunah dua rakaat, sesuai yang kita ketahui dan hafal.

Tertera dalam kitab Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, katanya:

Shalat hajat: yaitu empat rakaat setelah 'Isya, ada yang mengatakan dua rakaat. Terdapat dalam hadits marfu' bahwa di rakaat pertama membaca Al Fatihah sekali dan ayat kursi tiga kali, lalu ditiap tiga rakaat sisanya membaca Al Fatihah, Al Ikhlas, dan Al Mu'awidzatain (Al Falaq dan An Naas), masing-masing sekali. Maka, jika jika surat-surat ini dibaca maka dia mendapatkan nilai seumpama pada Lailatul Qadr. (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 2/1065-1066), sayangnya dalam kitab ini tidak disebutkan status riwayat tersebut.

Ada pun Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz dan muridnya, Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin, mereka berdua menyatakan dalam Fatawa Nur 'Alad Darb, bahwa tidak ada dan tidak dikenal shalat bernama "Shalat Hajat", yang ada menurut mereka adalah shalat taubat dan shalat istikharah. Demikian.

Tetapi, dalam kenyataan sejarah fiqih Islam, istilah shalat hajat sudah ada sejak belasan abad yang lalu, tertera dalam Sunan At Tirmidzi dan Sunan Ibni Majah dalam judul yang sama, Bab Maa Jaa'a fi Shalatil Haajah (Bab Tentang Shalat Hajat). Oleh karena itu, kenyataan ini menunjukkan hal itu sudah dikenal sejak masa salaf.

Kemudian, pada kitab-kitab para ulama empat mazhab pun terkenal shalat hajat ini. Oleh karenanya disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah:

Para ahli fiqih telah sepakat bahwa shalat hajat adalah sunah. (Al Mausu'ah, 27/211)

Selesai. Wallahu A'lam

Penulis : Ustadz Farid Nu'man, S.S. | www.faridnuman.com |

Jangan Pandang Siswa Sekadar Anak Kecil, Merekalah Wajah Masa Depan Indonesia

Kota Bandung
Bandung, Kemendikbud - Para siswa yang duduk di bangku sekolah bukan hanya sekadar pelajar melainkan wajah masa depan Indonesia. Jangan pandang para siswa hanya sebagai seorang anak kecil semata karena sebenarnya merekalah yang mempunyai masa depan untuk Indonesia. Maka dari itu, ketika melakukan sesuatu hal untuk siswa dampaknya akan terasa pada 10 sampai 20 tahun mendatang dan bukan sekarang.

Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, pada saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan Pameran Tunggal Hanafi dengan judul Biografi Visual "Oksigen Jawa" di Bandung, Jumat, (17/4/2015).

Mendikbud mengatakan, Indonesia akan memiliki bonus demografi dalam 10 sampai 20 tahun mendatang maka dari itu perlu diberikan ruang untuk berkembang bagi masyarakat Indonesia khususnya para siswa. Namun masalahnya, kata dia, satuan pendidikan di Indonesia belum tentu dapat memberikan ruang untuk berkembang bagi para siswanya. "Kalau kita bicara manusia di Indonesia itu diberikan ruang untuk berkembang, manusia Indonesia itu dahsyat begitu dikasih kesempatan untuk berkembang," ujarnya.

Mendikbud menekankan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang mendorong agar sekolah menjadi tempat yang menyenangkan seperti dicita-citakan bapak pendidikan modern Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Sekolah yang menyenangkan, kata dia, para siswa akan datang ke sekolah dengan senang hati dan pulang dari sekolah dengan berat hati. Dia mengatakan, kenyataan saat ini di Indonesia adalah sebaliknya, para siswa datang ke sekolah dengan berat hati dan pulang dari sekolah dengan senang hati. "Karena itu kita harus mengubah konsep ini menjadi sekolah yang menyenangkan," tuturnya.

Mendikbud menjelaskan, sering kali ketika akan memperbaiki proses pendidikan di Indonesia maka akan bertanya kepada para ahli pendidikan, kepala sekolah, guru, dan pihak-pihak yang berpengalaman lainnya di bidang pendidikan. Tetapi untuk memperbaiki proses pendidikan tersebut, kata dia, tidak pernah bertanya langsung kepada para siswa agar sekolah menjadi tempat yang menyenangkan. "Mereka akan hidup di zamannya," ucapnya. (Agi Bahari)

Bakhil dan Kikir Penyebab Kesulitan Hidup

bakhil, kikir, menumpuk harta, penyebab kesulitan hidup
Siapakah pada saat ini insan di dunia yang tidak  mengalami kesulitan hidup?  Kesulitan hidup , baik itu dari aspek ekonomi maupun sosial bisa menerpa siapa saja seseorang, keluarga ataupun masyarakat. Kesulitan hidup  itu disebabkan antara lain karena melakukan tindakan maksiat. Maksiat yang dimaksud disini adalah bukan saja  yang sering diartikan orang sebagai  perbuatan asusila saja, tapi bentuk ketidak taatan  manusia kepada apa-apa yang diperintahkan Rabbnya.

Sepahit dan sesulit apapun kehidupan dunia maka itu tidak akan kekal,  yang kekal adalah kehidupan akhirat, Jadi , sebaiknya kita ketahui apa saja yang bisa menyebabkan kesulitan hidup kelak di akhirat yang pedih  lagi kekal

Salah satu penyebab kesulitan hidup  adalah; BAKIL DAN KIKIR.

Allah berfirman :

“ harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat..”  (Ali Imran : 180)

Maksudnya, Allah akan menjadikan harta yang ia bakhil menginfakkannya sebagai beban di pundaknya pada hari kiamat.  Dalam Shahih Al Bukhari disebutkan satu hadits dari Rasulullah saw :

Dari Abu Hurairah r.a. : bahwa Rasulullah Saw bersabda : “ Barang siapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya , kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, maka ia akan berwujud ular yang sangat besar yang akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, “ saya adalah harta simmpanananmu.”  Kemudian Rasulullah membacakan ayat ini , sampai akhir hayat (mutttafaq alaih)

Firman Allah ;

“ Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-nya, mereka kikir dengan karunia itu dan ia berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran) (at Taubah : 76)

Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalam yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Serta mendustakan pahala yang terbaik ..(al Lail : 7-9)

Menafsirkan ayat di atas , Ibnu Abbas berkata, “ Bakhil dengan hartanya dan tidak mau menyembah Allah’SWT , tidak percaya terhadap surga dan nikmatNya, maka akan Kami persiapkan untuknya nasib yang menjadikannya dalam kesusahan yaitu kehidupan yang sulit di dunia dan akhirat. Ia adalah jalan kejahatan.” Para ahli tafsir berkata,” jalan kebaikan disebut sebagai jalan kemudahan, karena akibat yang akan dialaminya adalah sebuah kemudahan yaitu masuk surga  . Dan dinamakan jalan kesusahan, karena akibat yang akan ia rasakan adalah kesusahan yaitu masuk neraka jahanam.

Firman Allah ‘

‘Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada Jalan Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap diri nya sendiri. Dan Allahlah yang Maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling , niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (muhammad ; 37-38)

Maksudnya , barang siapa yang bakhil, tidak mau mengeluarkan infak di jalan Allah, maka sesungguhnya mudharat yang diakibatkan karena ia bakhil akan kembali kepada dirinya sendiri. Karena ia sendiri yang menghalangi pahala dan balasan dari Allah. Allah tidak membutuhkan  infak yang kita keluarkan. Bahkan kitalah yang butuh terhadap  harta tersebut. Jika berpaling dari taat kepada Allah dan tidak mengikuti perintah-perintahNya maka  Ia akan menggantikan posisi kalian dengan kaum yang lain yang lebih taat kepada Allah daripada kalian.

Firman Allah,

“ Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya , maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (ath Thagabun : 16)

Maksudnya , orang-orang yang dijaga oleh Allah dari sifat bakhil dan jiwa mereka dan dijauhkan dari pengaruhnya (dengan mengikuti hawa nafsu) , maka mereka berbeda dengan golongan lain  yang tidak menyukai untuk infak, mereka itulah orang-orang yang akan Allah selamatkan dari siksaan-Nya.

Dari Jabir Inu Abdillah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda,” Jauhilah perbuatan zalim, karena kezaliman akan membawa kegelapan di hari kiamat. Dan jauhilah dari sifat kikir dan tamak , karena ia telah menghancurkan umat sebelum kalian. Ia telah mendorong mereka menumpahkan darah saudara mereka sendiri dan menghalalkan kehormatan mereka.. (HR Muslim)

Perbedaan sifat bakhil dan dermawan sebagaimana  yang diungkapkan oleh sahabat Abu Hurairah r.a. berkata  bahwa ia mendengar Rasululah saw bersabda,” Perumpamaan orang yang bakhil dan orang yang mengeluarkan infaknya seperti dua orang yang mempunyai dua kantong yang terbuat dari  besi yang panjangnya dari dada mereka hingga di atasnya. Ada pun orang yang suka berinfak, ia tidak mengeluarkan infak kecuali sampai semua yang ada dalam kantong habis, sehingga jari-jari tangannya tertutup ketika ia mengambil hartanya untuk infak atau tidak ada lagi tersisa sesuatu pun dalam kantongnya . Ia akan menjadi penghapus dosa-dosanya hingga tidak ada bekas sedikitpun. Adapun orang yang bakhil , ia tidak mau mengeluarkan infak kecuali semua anggota badannya akan saling lekat, ia berusaha melebarkannya tetapi tidak mampu juga “ (muttafaq ‘alaih)

Makna hadits tersebut,

Bahwa orang yang mengeluarkan infak itu akan terasa   lapang hidupnya dan lebar jiwanya, sehingga ia mampu menarik yang ada dibelakangnya dan membawa kedua kakinya serta semua bekas perjalanan dan langkahnya . Imam Al Khattabi berkata,” Ini adalah perumpamaan yang disampaikan oleh Rasulullah saw tentang dua orang yang suka mengeluarkan infak dan orang yang bakhil seperti dua orang yang ingin memakai baju perang( tameng ) untuk melindungi dirinya dari serangan senjata musuh. Kemudian  mereka memakainya di atas kepala. Tameng biasanya dipakai mulai dari atas kepala hingga menutupi dada, sampai kedua tangannya tertutupi. Demikanlah orang yang mengeluarkan infak seperti  orang yang memakai tameng yang lebar hingga menutupi semua anggota badannya. Dan perumpamaan orang yang bakhil sperti orang yang memangku tangannya hingga sampai kepundaknya. Setiap hendak ia memakainya, ia harus mengumpulkan tangannya ke pundak.  Inilah maksudnya bahwa orang yang dermawan ketika hendak berinfak dadanya lapang , tidak terhalang, jiwanya bersih , pun rezekinya menjadi bertambah banyak. Sedangkan orang bakhil, jika dikatakan tentang infak, ia akan merasa tamak dan rakus, seakan dadanya sempit dan tangannya selalu tergenggam.


Source : eramuslim.com

Dari Keluarga Imron untuk Keluarga Kita

keluarga, imran, bahagia, dunia, akhirat, sakinah, mawaddah, warahmah
Jika kita diajari oleh Nabi untuk bershalawat dimana di sana dicantumkan dua Nabi, maka jelas pesannya. Karena keduanya memang teladan bagi manusia. Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an bahwa Uswatun Hasanah hanya disematkan untuk kedua Nabi ini; Nabi Ibrahim alaihis salam dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.Tetapi yang menarik adalah, shalawat kita ternyata juga diperuntukkan bagi keluarga keduanya. Sungguh ini sebuah kemuliaan bagi kedua keluarga mulia ini. Dan sekaligus menyampaikan bahwa kedua keluarga ini memang layak didoakan bagi seluruh manusia. Karena memang mereka dua keluarga mulia. Tetapi ada yang menarik dalam al-Qur’an. Ada satu keluarga istimewa; Keluarga Imron. Keistimewaan itu jelas terlihat. Ditandai oleh beberapa hal:

a. Inilah satu-satunya keluarga yang dipakai untuk menjadi Nama Surat dalam al-Qur’an

Tidak ada surat al-Qur’an yang menggunakan nama keluarga kecuali Surat Ali Imron (Keluarga Imron)

b. Inilah keluarga biasa yang dipuji sejajar dengan keluarga Nabi

Sebagaimana yang bisa kita baca dalam ayat:

إِنَّاللَّهَاصْطَفَىآَدَمَوَنُوحًاوَآَلَإِبْرَاهِيمَوَآَلَعِمْرَانَعَلَىالْعَالَمِينَ (33)

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (Qs. Ali Imron: 33)

Di dalam ayat ini, Allah memilih di atas segala umat dua Nabi: Adam dan Nuh, serta dua keluarga: Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imron.

c. Inilah keluarga ideal yang dibandingkan lebih mulia dari keluarga dua Nabi .Ayat terakhir dalam Surat at-Tahrim menjelaskan hal itu:

وَمَرْيَمَابْنَتَعِمْرَانَالَّتِيأَحْصَنَتْفَرْجَهَافَنَفَخْنَافِيهِمِنْرُوحِنَاوَصَدَّقَتْبِكَلِمَاتِرَبِّهَاوَكُتُبِهِوَكَانَتْمِنَالْقَانِتِينَ

“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (Qs. At-Tahrim: 12)

Ayat ini diawali oleh dua ayat sebelumnya. Di mana ayat 10 Allah menyampaikan tentang istri dua Nabi yang kafir; istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Selanjutnya di ayat 11 Allah berfirman tentang istri Fir’aun yang beriman, sementara suaminya kafir. Dan di akhir Surat at-Tahrim, Allah memuji Maryam sebagai orang sangat mulia yang merupakan putri Imron. Dan kelak, dialah wanita yang melahirkan seorang Nabi dengan cara mukjizat; Nabi Isa alaihis salam.

Tentu ada banyak pesan tentang pemunculan keluarga Imron. Di antara pesan sangat penting adalah :

1. Jangan beralasan dengan Nabi Nuh ketika kita gagal mendidik anak. Sebab Allah telah menegur Nabi Nuh saat dia tidak sanggup membimbing anaknya hingga mau naik ke bahtera bersama orang-orang beriman.

قَالَيَانُوحُإِنَّهُلَيْسَمِنْأَهْلِكَإِنَّهُعَمَلٌغَيْرُصَالِحٍفَلَاتَسْأَلْنِمَالَيْسَلَكَبِهِعِلْمٌإِنِّيأَعِظُكَأَنْتَكُونَمِنَالْجَاهِلِينَ

Allah berfirman: ” Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya ia adalah perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Qs. Hud: 46)

Teguran ini Allah sampaikan kepada Nabi Nuh setelah Nabi Nuh bertanya kepada Allah mengapa anaknya ikut ditenggelamkan bersama orang-orang kafir.

2. Jangan berkata bahwa keluarga kita tidak bisa menjadi mulia seperti keluarga para Nabi. Karena ternyata keluarga Imron yang merupakan keluarga manusia biasa pun bisa menjadi sejajar dengan keluarga Nabi. Dan karena para nabi diutus untuk menjadi pembimbing dan teladan bagi manusia.

Tapi sayangnya, sebagian kita masih terbalik dalam menyikapi generasi dan keluarganya. Saat ada yang gagal mendidik anak, berdalih dengan Nabi Nuh. Padahal seharusnya tidak boleh, karena Nuh telah ditegur Allah.Sementara saat keberatan dalam melahirkan keluarga istimewa, acapkali ada yang berkata bahwa kita bukan keluarga Nabi. Padahal, keluarga Imron pun bisa sejajar dengan keluarga Nabi bahkan bisa lebih baik.

Dari Kehamilan hingga Pengasuhan

Untuk mengungkap rahasia kehebatan keluarga manusia biasa tetapi disejajarkan dengan kemuliaan keluarga Nabi, kita harus membuka langsung Surat Ali Imron. Pasti kita akan mendapatkan petunjuknya di sana.Pembahasan tentang keluarga Imron dalam Surat Ali Imron, ternyata dimulai pembahasan tentang istri. Lihatlah ayat 35 dan seterusnya. Ini menjadi pelajaran pertama sebelum yang lainnya, betapa peran seorang istri yang kelak menjadi seorang ibu adalah peran sentral. Menyiapkan dengan baik seorang ibu berarti menyiapkan satugenerasi istimewa. Yang artinya, gagal dan mengabaikan penyiapan seorang wanita yang kelak menjadi istri dan ibu adalah merupakan kegagalan lahirnya generasi yang baik.

Pembicaraan tentang keluarga Imron dimulai dari ayat ini:

إِذْقَالَتِامْرَأَةُعِمْرَانَرَبِّإِنِّينَذَرْتُلَكَمَافِيبَطْنِيمُحَرَّرًافَتَقَبَّلْمِنِّيإِنَّكَأَنْتَالسَّمِيعُالْعَلِيمُ

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (35)

Dalam ayat ini dibahas tentang kehamilan. Sebuah fase yang sangat penting. Mengabaikannya berarti kehilangan sebuah fase penting.Ayat ini mengajarkan kepada setiap keluarga muslim agar para istri banyak menyematkan harapan mulia bagi janin. Harapan semulia istri Imron. Sekaligus banyak mendoakan bagi calon jabang bayi agar kelak menjadi orang yang baik dan mulia.

Dari sinilah, maka teori pendidikan manusia sejak dalam kandungan bukanlah hal yang baru muncul hari ini. Al-Qur’an telah membicarakannya.Tetapi yang jelas bertentangan dengan Islam adalah ketika metode pendidikan janin yang digadang-gadang hari ini adalah pendidikan dengan memperdengarkan musik klasik di perut ibu. Banyak yang meyakini bahwa hal ini merupakan hasil penelitian. Sayangnya, umat ini masih lebih percaya penelitian yang entah dari mana sumber dan kepentingan di baliknya, dengan ayat yang absolut haq dan telah melahirkan para pemimpin bumi yang istimewa.

Yang lebih celaka lagi, ketika umat Islam dikelabuhi oleh dunia barat. Bukan penelitian dikatakan sebagai penelitian. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah hal itu salah, bukan penelitian pula. Ini efek kita lebih mengagungkan penelitian daripada ayat dan petunjuk Nabi. Satu studi terkenal pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan kognitif. Itu meningkatkan ketertarikan orang dalam memajan bayi dan anak kecil pada musik klasik, dan pengusaha berlomba menjualnya ke berbagai sekolah, pusat perawatan siang-hari dan orang-tua.

Namun, hasil studi oleh oleh ilmuwan Austria yang disiarkan oleh HealthDay News, Jumat (14/5/2010) mengatakan tak menemukan bukti bahwa mendengarkan musik Mozart –betapapun meriahnya musik tersebut– memiliki dampak pada kemampuan kognitif seseorang. Dalam studi paling akhir itu, para peneliti di University of Vienna mengkaji lebih dari 40 studi dan penelitian yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subjek. Kesimpulan mereka ialah tak ada yang mendukung pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak.

(http://kesehatan.liputan6.com/berita/201005/277083/Mendengarkan.Mozart.Tidak.Membuat.Anak.Cerdas)

Kesalahan fatal pendidikan orangtua hari ini ternyata dimulai sejak dalam kandungan. Anak yang belum lahir telah dirusak oleh musik yang jelas tidak disukai dalam Islam –terlepas dari perbedaan pendapat para ulama seputar hukum musik. Bagi yang masih harus bersandar pada penelitian, berikut ini hasil salah satu penelitian tentang bahaya musik,Remaja yang menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik lebih berisiko mengalami depresi daripada remaja yang memiliki kegemaran membaca. Demikian diungkap sejumlah peneliti dariUniversity of Pittsburgh School of Medicine, Amerika Serikat.

(http://metrotvnews.com/metromain/newscat/polkam/2011/04/11/48290/Wah-Remaja-Penggemar-Musik-Lebih-Mudah)

Cukuplah kita baca surat asy-Syu’ara’ (26) dan kita akan bisa mendapati peringatan keras ayat terhadap dunia yang ‘wajib’ digemari oleh setiap orang itu. Sebelum kita baca, perlu diketahui bahwa asy-Syu’ara’ artinya para penyair. Para penyair di zaman dahulu kala biasa menjadi orang terkenal setelah mereka memenangi perlombaan syair. Bahkan sebagian syair mereka digantung di Ka’bah, yang dikenal dengan mu’allaqat sab’ah. Hal ini yang membuat mereka menjadi terkenal. Jadi mereka hari ini sejajar dengan mereka yang menamakan dirinya selebriti. Mereka juga berfungsi sebagai pembawa berita, penyebar opini serta menggerakkan masyarakat. Hari ini, hal seperti itu sejajar dengan media.

Dari ayat 221 sampai 223 Allah menyampaikan tentang syetan dan ciri penggemarnya. Langsung setelahnya, pada ayat 224 Allah menyampaikan tentang para penyair, ciri mereka dan para pengagumnya. Sebuah keakraban luar biasa antara syetan dan para penyair. Dan berikut ini ayat tentang para penyair:

وَالشُّعَرَاءُيَتَّبِعُهُمُالْغَاوُونَ (224) أَلَمْتَرَأَنَّهُمْفِيكُلِّوَادٍيَهِيمُونَ (225) وَأَنَّهُمْيَقُولُونَمَالَايَفْعَلُونَ (226

224. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. 225. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah 226. dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?

Ibnu Abbas menjelaskan pengembaraan mereka di tiap-tiap lembah: Mereka tenggelam dalam setiap kesia-siaan. (Tafsir Ibnu Katsir 6/173, MS) (fzl/parentingnabawiyah)

Source: eramuslim.com